”Jangan mengambil ilmu dari Internet, Google, ataupun WhatsApp…”
Sebagian anda mungkin tak asing dengan wajah dan sosoknya. Ia, Syekh Salim Alwan Al-Hasaniy, memang kerap wira-wiri di Tanah Air kita. Ia acapkali memenuhi undangan berceramah di Indonesia pada beberapa forum Islam Internasional yang dihelat di negeri kita.
Perihal pesannya yang penulis singgung di awal tulisan adalah ucapan beliau ketika mengunjungi Pesantren Al-Hikam Depok yang dipimpin KH. Hasyim Muzadi beberapa waktu silam. Tampaknya, Syekh Salim mafhum bahwa era digital yang banjir informasi di Internet tidak bisa dipertanggungjawabkan untuk memperoleh pengetahuan yang sahih, terutama sekali ilmu-ilmu agama.
Menurutnya, umat Islam harus belajar kepada ulama ahlinya, belajar dengan sanad (perantara ulama) yang menyambung sampai Rasulullah saw serta mempunyai otoritas keilmuan yang memadai baik ilmu dunia apalagi ilmu agama. “Tidak boleh praktik ilmu kedokteran kalau hanya belajar dari Internet, karena akan terjadi malapraktik. Apalagi ilmu agama, harus berguru pada ulama ahli, ” tegasnya, sebagaiman dilansir laman bangsaonline.com.
Demikianlah. Agaknya, ia menyadari bahaya Internet untuk mengakses ilmu-ilmu agama. Apalagi, Syekh Salim Alwan sendiri adalah seorang ulama yang di Australia sana mengemban amanah Ketua Darulfatwa. Tentunya ia paham perihal problem dan tantangan umat Islam akhir-akhir ini.
Bagi sebagian anda yang masih asing dengan figurnya, Syekh Salim Alwan Al-Hasaniy adalah ulama kelahiran Beirut, Lebanon pada tahun 1968. Spesialisasi keilmuanya pada disiplin Ilmu Hadits. Hal ini tampak dari riwayat studinya. Ia merupakan sarjana dari Fakultas Ushuluddin, Jurusan al-Hadits wa ‘Ulumuhu dari Global University, Lebanon, tahun 1995; magister dari Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadits dari Al-Azhar University, Mesir; serta doktor untuk disiplin Ilmu Hadits dari Global University, Lebanon.
Sebagaimana laiknya ulama yang banyak mengkaji hadits, beliau pun kerap memperoleh ijazah pada bidang hadits dari beberapa ulama senior dari beberapa negara seperti dari ulama Lebanon, Syria, Yordan, Palestina, Mesir, Yaman, Turki, Maroko, Indonesia dan lain-lainnya. Selain ilmu Hadits, beliau juga mendapatkan ijazah pada bidang lainnya, semisal fiqih, tafsir, dan sebagainya.
Saat ini, berkat keilmuan yang dimiliknya, ia sering diundang mengajar dan ceramah di berbagai tempat, baik lokal maupun internasional, entah itu formal (kampus-kampus dan sekolah-sekolah) ataupun informal (masjid-masijd, seminar-seminar, konferensi dan organisasi-organisasi). Lebih-lebih, kedudukannya kini adalah Ketua Darulfatwa Australia. Lembaga ini sendiri merupakan institusi non-partisan dan independen yang didirikan oleh the Association of Islamic Charitable Projects, Australia, sejak 2004. Ia menjadi asosiasi organisasi Islam dan sekolah-sekolah Muslim Australia. Peran dan kontribusi lembaga ini sangat signifikan untuk kepentingan Muslim Australia. Posisinya sangat berpengaruh untuk memecahkan problem-problem Muslim di negeri Kanguru tersebut. Tak aneh, bila Syekh Salim Alwan kemudian mafhum persoalan-persoalan dakwah di Australia. Hal inilah yang akan dibagikannya pada Konferensi Islam Internasional di Jakarta yang digagas MUI Provinsi DKI Jakarta pada 29 November hingga 1 Desember 2016 nanti. (Muaz/berbagai sumber)